Polytron Lawan Xiaomi dkk dengan Fira

blankxtekno - Dengan gempuran merek China yang masuk pasar smartphone Indonesia, Polytron mengaku tak takut. Membawa label 'Made in Indonesia' membuat Polytron pede melawan Xiaomi dan kawan-kawannya.

"Dengan banyaknya pesaing justru bagus. Kami sangat senang karena memacu untuk lebih inovatif dan menawarkan produk berbeda," kata Marketing Director PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) Tekno Wibowo ditemui usai peluncuran Zap 6 di Exodus Dining, Kuningan City, Kamis (28/1/2016).

Dikatakan Tekno, Polytron punya senjata tersendiri untuk melawan serangan brand China. Jurus Polytron antara lain dengan berupaya memenuhi aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dari pemerintah dan membuat produk sesuai dengan karakter pengguna Indonesia.

"Kita berusaha memenuhi TKDN. Produksi pure di Indonesia, pabrik kita di Kudus Jawa Tengah. Zap 5 yang rilis tahun lalu saja sudah 35% TKDN, jadi kami optimistis bisa memenuhi syarat pemerintah. Kita juga memahami pengguna Indonesia. Kita buat produk kita localized untuk pengguna di sini," papar Tekno.

Latar belakang ini pula yang menjadi alasan Polytron mengembangkan OS Fira, versi Android yang disesuaikan dan dioptimalkan untuk ponsel Polytron.

"Android sudah menguasai pasar. Tapi karena didesain secara umum, ada beberapa hal yang kurang cocok untuk pengguna kita. Karena kami brand Indonesia, kami tahu marketnya seperti apa, maka kita juga investasi di bidang software untuk pengembangan OS Fira," ujarnya.

Tak sembarangan, Tekno menyebut pengembangan OS Fira terlebih dahulu melalui berbagai studi tentang kebiasaan pengguna ponsel di Indonesia. Tujuannya agar Fira optimal dengan handsetnya buatannya dan memenuhi kebutuhan pengguna.

Fitur utamanya antara lain, user interface khas Fira, Fira check pulsa berupa aplikasi bawaan yang secara sistematis dan terintegrasi untuk mengetahui sisa pulsa, Fira Pay sebagai fitur pembayaran, Fira Directory untuk mendapatkan informasi lokasi dan kontak, Fira Store sebagai fitur belanja yang juga bisa dipakai untuk bayar listrik dan isi pulsa, Fira ID, smart calling dan sejumlah fitur lainnya.

Tekno berharap, semua fitur di OS Fira bisa dimaksimalkan untuk konsumen di Indonesia. Strategi ini meniru Xiaomi yang ponselnya dibenamkan berbagai layanan internet terintegrasi yang juga dikembangkan oleh perusahaan asal China tersebut.

"Xiaomi itu kan dia punya UI-nya sendiri dan berbagai layanan di dalamnya. Tapi layanannya gak bisa dipakai pengguna di sini. Makanya kita buat OS Fira ini, layanannya ya untuk bisa dipakai pengguna Indonesia," kata Tekno.

Dalam kesempatan ini, Tekno juga mengungkapkan keinginannya agar unit bisnis ponsel Polytron terus tumbuh. Saat ini, pendapatan terbesar Polytron masih berasal dari unit bisnis elektronik rumah seperti TV, kulkas dan lemari es.

"Kita sejak terjun di bisnis smartphone selalu tumbuh year on year. Tahun lalu revenue dari smartphone memang masih 5%. Masih besar dari home appliances. Kita ingin yang smartphone ini terus tumbuh sebanyak-banyaknya," harapnya.

Komentar